Irigasi
merupakan suatu proses pengaliran air dari sumber air ke sistem pertanian.
Irigasi adalah proses penambahan air untuk memenuhi kebutuhan lengas tanah bagi
pertumbuhan tanaman. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan
air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi
rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan tambak (PP 20/2006). Tindakan
intervensi manusia untuk mengubah agihan air dari sumbernya menurut ruang dan
waktu serta mengelola sebagian atau seluruh jumlah tersebut untuk menaikkan
produksi tanaman (Israelsen dan Hansen, 1980).
Irigasi atau
pengairan adalah suatu usaha untuk memberikan air guna keperluan pertanian yang
dilakukan dengan tertib dan teratur untuk daerah pertanian yang membutuhkannya
dan kemudian air itu dipergunakan secara tertib dan teratur dan dibuang
kesaluran pembuang. Istilah irigasi diartikan suatu bidang pembinaan atas air
dari sumber-sumber air, termasuk kekayaan alam hewani yang terkandung
didalamnya, baik yang alamiah maupun yang diusahakan manusia.
Pengairan
selanjutnya diartikan sebagai pemanfaatan serta pengaturan air dan
sumber-sumber air yang meliputi irigasi, pengembangan daerah rawa, pengendalian
banjir, serta usaha perbaikan sungai, waduk dan pengaturan penyediaan air
minum, air perkotaan dan air industri (Ambler, 1991).
Irigasi adalah
usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian, yang jenisnya
meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan
irigasi tambak. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari
satu jaringan irigasi. Berdasarkan sudut pandangnya irigasi digolongkan menjadi
irigasi aliran dan irigasi angkatan yang lebih dikenal dengan sebutan irigasi
pompa. Irigasi aliran adalah tipe irigasi yang penyampaian airnya ke dalam
pertanian atau area persawahan dilakukan dengan cara pengaliran. Sedangkan
irigasi angkat adalah tipe irigasi yang penyampaian airnya ke areal pertanaman
dilakukan dengan cara pemompaan bangunan airnya berumah pompa bukan bendungan
atau waduk (Dumairy, 1992).
Sebagian besar
sumber air untuk irigasi adalah air permukaan yang berasal dari air hujan dan
pencairan salju. Air ini secara alami mengalir di sungai-sungai, yang
membawanya ke laut. Jika dimanfaatkan untuk irigasi, sungai dibendung dan
dialirkan melalui saluran-saluran buatan ke daerah pertanian, atau air terlebih
dahulu ditampung di dalam waduk yang selanjutnya dialirkan secara teratur
melalui jaringan irigasi ke daerah pertanian. Adapun faktor-faktor yang
menentukan pemilihan metoda pemberian air irigasi adalah : distribusi musiman
hujan, kemiringan lereng dan bentuk permukaan lahan, suplai air, rotasi tanaman
dan permeabilitas tanah lapisan bawah.
Metoda
pendistribusian air irigasi dapat dibagi ke dalam : 1) Irigasi Permukaan; 2)
Irigasi Lapisan Bawah; 3) Sprinkler; 4) Drip atau Trickle (Hakim, dkk., 1986).
1.
Sistem
Irigasi Permukaan (Surface Irrigation System)
Sistem
irigasi permukaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu peluapan dan
penggenangan bebas (tanpa kendali) serta peluapan penggenangan secara
terkendali. Sistem irigasi permukaan yang paling sederhana adalah peluapan bebas
dan penggenangan. Dalam hal ini air diberikan pada areal irigasi dengan jalan
peluapan untuk menggenangi kiri atau kanan sungai yang mempunyai permukaan
datar. Sebagai contoh adalah sistem irigasi kuno di Mesir. Sistem ini mempunyai
efisiensi yang rendah karena penggunaan air tidak terkontrol.
2.
Sistem
Irigasi Bawah Permukaan (Sub Surface Irrigation System)
Sistem
irigasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan meresapkan air ke dalam tanah di
bawah zona perakaran melalui sistem saluran terbuka ataupun dengan menggunakan
pipa porus. Lengas tanah digerakkan oleh gaya kapiler menuju zona perakaran dan
selanjutnya dimanfaatkan oleh tanaman.
3.
Sistem
irigasi dengan pancaran (sprinkle irrigation)
Prinsip
yang digunakan sistem ini adalah memberi tekanan pada air dalam pipa dan
memancarkan ke udara sehingga menyerupai hujan selanjutnya jatuh pada permukaan
tanah. Cara pemancaran dapat dilakukan dengan berbagai variasi, antara lain
dengan menggunakan pipa porus ataupun menggunakan alat pancar yang bisa
berputar. Untuk dapat memberikan siraman yang merata sering digunakan alat
pancar yang diletakkan di atas kereta dan dapat berpindah-pindah.
4.
Sistem
irigasi tetes (trickle irrigation atau drip irrigation)
Sistem
irigasi tetes sering disebut dengan trickle irrigation atau kadang-kadang
drip irrigation. Sistem yang digunakan adalah dengan memakai pipa-pipa
dan pada tempat-tempat tertentu diberi lubang untuk jalan keluarnya air menetes
ke tanah. Perbedaan dengan sistem pancaran adalah besarnya tekanan pada pipa
yang tidak begitu besar.
Dalam perkembangannya, irigasi dibagi
menjadi 3 tipe, yaitu :
a.
Irigasi
Sistem Gravitasi
Irigasi
gravitasi merupakan sistem irigasi yang telah lama. dikenal dan diterapkan
dalam kegiatan usashatani. Dalam sistem irigasi ini, sumber air diambil dari
air yang ada di permukaan burni yaitu dari sungai, waduk dah danau di dataran
tinggi. Pengaturan dan pembagian air irigasi menuju ke petak-petak yang
membutuhkan, dilakukan secara gravitatif.
b.
Irigasi
Sistem Pompa
Sistem irigasi
dengan pompa bisa dipertimbangkan, apabila pengambilan secara gravitatif
ternyata tidak layak dari segi ekonomi maupun teknik. Cara ini membutuhkan
modal kecil, namun memerlukan biaya ekspoitasi yang besar. Sumber air yang
dapat dipompa untuk keperluan irigasi dapat diambil dari sungai, misalnya
Setasiun Pompa Gambarsari dan Pesangrahan (sebelum ada Bendung Gerak Serayu),
atau dari air tanah, seperti pompa air suplesi di 01 simo, Kabupaten Gunung
Kidul, Yogyakarta.
c.
Irigasi
Pasang-surut
Yang dimaksud
dengan sistem irigasi pasang-surut adalah suatu tipe irigasi yang memanfaatkan
pengempangan air sungai akibat peristiwa pasang-surut air laut. Areal yang
direncanakan untuk tipe irigasi ini adalah areal yang mendapat pengaruh
langsung dari peristiwa pasang-surut air laut. Untuk daerah Kalimantan
misalnya, daerah ini bisa mencapai panjang 30 - 50 km memanjang pantai dan 10 -
15 km masuk ke darat. Air genangan yang berupa air tawar dari sungai akan
menekan dan mencuci kandungan tanah sulfat masam dan akan dibuang pada saat air
laut surut.
JARINGAN IRIGASI
Jaringan irigasi adalah saluran,
bangunan, dan bangunan pelengkapnya
yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk
pengaturan air irigasi mulai
dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian,
penggunaan, dan pembuangannya.
Jaringan utama adalah jaringan irigasi yang berada dalam satu sistem
irigasi, mulai dari bangunan utama, saluran induk atau primer, saluran sekunder,
dan bangunan sadap serta bangunan pelengkapnya.
Klasifikasi Jaringan Irigasi
Berdasarkan cara
pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas, jaringan
irigasi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu (1) jaringan irigasi
sederhana, (2) jaringan irigasi semi teknis dan
(3) jaringan irigasi teknis.
1.
Jaringan
Irigasi Sederhana
Di dalam
jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atai diatur sehingga air
lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Persediaan air biasanya berlimpah dan
kemiringan berkisar antara sedang dan curam. Oleh karena itu hampir-hampir
tidak diperlukan teknik yang sulit untuk pembagian air.
Jaringan irigasi
ini walaupun mudah diorganisir namun memiliki kelemahan-kelemahan serius yakni
:
a.
Ada pemborosan air dan
karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah yang tinggi, air yang
terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang subur.
b.
Terdapat banyak
pengendapan yang memerlukan lebih banyak biaya dari penduduk karena tiap desa
membuat jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri.
c.
Karena bangunan
penangkap air bukan bangunan tetap/permanen, maka umumya pendek
2.
Jaringan
Irigasi Semi Teknis
Pada jaringan
irigasi semi teknis, bangunan bendungnya terletak di sungai lengkap dengan
pintu pengambilan tanpa bangunan pengukur di bagian hilirnya. Beberapa bangunan
permanen biasanya juga sudah dibangun di jaringan saluran. Sistim pembagian air
biasanya serupa dengan jaringan sederhana. Bangunan pengambilan dipakai untuk melayani/mengairi
daerah yang lebih luas dari pada daerah layanan jaringan sederhana.
3.
Jaringan
Irigasi Teknis
Salah satu
prinsip pada jaringan irigasi teknis adalah pemisahan antara saluran irigasi/pembawa
dan saluran pembuang/pematus. Ini berarti bahwa baik saluran pembawa maupun
saluran pembuang bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing. Saluran pembawa
mengalirkan air irigasi ke sawah-sawah dan saluran pembuang mengalirkan
kelebihan air dari sawahsawah ke saluran pembuang.
Petak tersier
menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis. Sebuah petak tersier
terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang umumnya berkisar
antara 50 - 100 ha kadang-kadang sampai 150 ha. Jaringan saluran tersier dan
kuarter mengalirkan air ke sawah. Kelebihan air ditampung didalam suatu
jaringan saluran pembuang tersier dan kuarter
dan
selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang sekunder dan kuarter. Jaringan
irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsi di atas adalah cara
pembagian air yang paling efisien dengan mempertimbangkan waktuwaktu merosotnya
persediaan air serta kebutuhan petani.
Jaringan irigasi teknis memungkinkan
dilakukannya pengukuran aliran, pembagian air irigasi dan pembuangan air lebih
secara efisien. Jika petak tersier hanya memperoleh air apda satu tempat saja
dari jaringan utama, hal ini akan memerlukan jumlah bangunan yang lebih sedikit
di saluran primer, ekspoitasi yang lebih baik dan pemeliharaan yang lebihmurah.
Kesalahan dalam pengelolaan air di petak-petak tersier juga tidak akan
mempengaruhi pembagian air di jaringan utama.
BANGUNAN IRIGASI
Keberadaan bangunan ingasi diperlukan
untuk menunjang pengambilan dan pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan
irigasi yang sering dijurnpai dalam praktek irigasi antara lain (1) bangunan
utama, (2) bangunan pembawa, (3) bangunan bagi, (4) bangunan sadap, (5)
bangunanm pengatur muka air, (6) bangunan pernbuang dan penguras serta (7)
bangunan pelengkap.
1.
Bangunan Utama
Bangunan
utama dapat didefinisikan sebagai Semua bangunan yang direncanakan di sungai
atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam jaringan irigasi, biasanya
dilengkapi dengan kantong lumpur agar bisa mengurangi kandungan sedimen yang
berlebihan serta memungkinkan untuk mengukur dan mengatur air yang masuk.
Bangunan utama
dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk dialirkan ke seluruh
daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber airnya, bangunan utama dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, (1) bendung, (2) pengambilan bebas,
(3) pengambilan dari waduk, dan (4) stasiun pompa.
a.
Bendung
Bendung adalah
adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang dibangun melintang sungai atau
sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud untuk meninggikan elevasi muka air
sungai. Apabila muka air di bendung mencapai elevasi tertentu yang dibutuhkan,
maka air sungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke tempat-ternpat
yang mernerlukannya.
Terdapat beberapa
jenis bendung, diantaranya adalah (1) bendung tetap (weir), (2) bendung gerak (barrage)
dan (3) bendung karet (inflamble weir).
1.
Bendung
Tetap (Wair)
Bangunan
air ini dengan kelengkapannya dibangun melintang sungai atau sudetan, dan
sengaja dibuat untuk meninggikan muka air dengan ambang tetap sehingga air
sungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke jaringan irigasi.
Kelebihan airnya dilimpahkan ke hilir dengan terjunan yang dilengkapi dengan
kolam olak dengan maksud untuk meredam energi.
2.
Bendung Gerak Vertikal
Bendung
ini terdiri dari tubuh bendung dengan ambang tetap yang rendah dilengkapi
dengan pintu-pintu yang dapat digerakkan vertikal maupun radial. Tipe ini
mempunyai fungsi ganda, yaitu mengatur tinggi muka air di hulu bendung
kaitannya dengan muka air banjir dan meninggikan muka air sungai kaitannya
dengan penyadapan air untuk berbagai keperluan. Operasional di lapangan
dilakukan dengan membuka pintu seluruhnya pada saat banjir besar atau membuka
pintu sebagian pada saat banjir sedang dan kecil. Pintu ditutup sepenuhnya pada
saat saat kondisi normal, yaitu untuk kepentingan penyadapan air.
3.
Bendung
Karet (Bendung Gerak Horizontal)
Bendung karet
memiliki 2 (dua) bagian pokok, yaitu :
1. Tubuh
bendung yang terbuat dari karet.
2. Pondasi
beton berbentuk plat beton sebagai dudukan tabung karet, serta dilengkapi satu
ruang kontrol dengan beberapa perlengkapan (mesin) untuk mengontrol mengembang
dan mengempisnya tabung karet.
Bendung ini
berfungsi meninggikan muka air dengan cara mengembungkan tubuh bendung dan
menurunkan muka air dengan cara mengempiskannya. Tubuh bendung yang terbuat
dari tabung karet dapat diisi dengan udara atau air. Proses pengisian udara atau
air dari pompa udara atau air dilengkapi dengan instrumen pengontrol udara atau
air (manometer).
Pada bangunan bendung
biasanya dilengkapi dengan bangunan pengelak, peredam energi, bangunan
pengambilan, bangunan pembilas , kantong lumpur dan tanggul banjir.
b.
Pengambilan bebas
Pengambilan
bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai menyadap air sungai untuk
dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani. Perbedaan dengan bendung adalah pada
bangunan pengambilan bebas tidak dilakukan pengaturan tinggi muka air di
sungai. Untuk dapat mengalirkan air secara, gravitasi muka air di sungai harus
lebih tinggi dari daerah irigasi yang dilayani.
c.
Pengambilan dari waduk
Salah satu
fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi kelebihan air dan
mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari kegunaannya, waduk dapat
bersifat eka guna dan multi guna. Pada urnumnya waduk dibangun memiliki banyak
kegunaan seperti untuk irigasi, pernbangkit listrik, peredam banjir,
pariwisata, dan perikanan. Apabila salah satu kegunaan waduk untuk irigasi,
maka pada bangunan outlet dilengkapi dengan bangunan sadap untuk irigasi.
Alokasi pernberian air sebagai fungsi luas daerah irigasi yang dilayani serta
karakteristik waduk.
d.
Stasiun Pompa
Bangunan
pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upaya-upaya penyadapan air
secara gravitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan, baik dari segi teknik
maupun ekonomis. Salah satu karakteristik pengambilan irigasi dengan pompa
adalah investasi awal yang tidak begitu besar namun biaya operasi dan
eksploitasi yang sangat besar.
2.
Bangunan Pembawa
Bangunan
pernbawa mempunyai fungsi mernbawa / mengalirkan air dari surnbemya menuju
petak irigasi. Bangunan pernbawa meliputi saluran primer, saluran sekunder,
saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk dalam bangunan pernbawa adalah
talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan got miring. Saluran primer biasanya dinamakan
sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya. Sedangkan saluran sekunder sering
dinamakan sesuai dengan nama desa yang terletak pada petak sekunder tersebut. Berikut
ini penjelasan berbagai saluran yang ada dalam suatu sistern irigasi.
·
Saluran primer membawa
air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang
diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir.
·
Saluran sekunder
membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran primer menuju petak-petak
tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. batas akhir dari saluran
sekunder adalah bangunan sadap terakhir
·
Saluran tersier membawa
air dari bangunan yang menyadap dari saluran sekunder menuju petak-petak
kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. batas akhir dari saluran
sekunder adalah bangunan boks tersier terkahir
·
Saluran kuarter
mernbawa air dari bangunan yang menyadap dari boks tersier menuju petak-petak
sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. batas akhir dari saluran
sekunder adalah bangunan boks kuarter terkahir.
3.
Bangunan Bagi dan sadap
Bangunan bagi
merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer, sekunder dan tersier yang
berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran yang bersangkutan. Khusus
untuk saluran tersier dan kuarter bangunan bagi ini masingmasing disebut boks
tersier dan boks kuarter. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran
primer atau sekunder menuju saluran tersier penerima. Dalam rangka penghematan
bangunan bagi dan sadap dapat digabung menjadi satu rangkaian bangunan. Bangunan
bagi pada saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3 (tiga) bagian utama,
yaitu:
o Alat
pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai dengan tinggi
pelayanan yang direncanakan.
o Perlengkapan
jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju saluran cabang.
Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun gorong-gorong. Bangunan ini
dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit yang masuk saluran dapat diatur.
o Bangunan
ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk mengukur besarnya debit
yang mengalir.
4.
Bangunan pengatur dan
pengukur
Agar pemberian
air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu dilakukan pengaturan dan
pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran primer), cabang saluran
jaringan primer serta bangunan sadap primer dan sekunder. Bangunan pengatur muka
air dimaksudkan untuk dapat mengatur muka air sampai batas-batas yang diperlukan
untuk dapat memberikan debit yang konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan.
Sedangkan bangunan pengukur dimaksudkan untuk dapat memberi informasi mengenai
besar aliran yang dialirkan. Kadangkala, bangunan pengukur dapat juga berfungsi
sebagai bangunan pangatur.
Debit adalah suatu koefisien yang
menyatakan banyaknya air yang mengalir
dari suatu sumber persatu-satuan waktu, biasanya
diukur dalam satuan liter per
detik. Pengukuran debit dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain:
1.
Pengukuran debit dengan
bendung.
2. Pengukuran
debit berdasarkan kerapatan lautan obat.
3. Pengukuran
kecepatan aliran dan luas penampang melintang, dalam hal ini untuk mengukur
kecepatan arus digunakan pelampung atau pengukur arus dengan kincir.
4. Pengukuran
dengan menggunakan alat-alat tertentu seperti pengukur arus magnetis, pengukur
arus gelombang supersonis (Dumairy, 1992).
Untuk memenuhi
kebutuhan air pengairan irigasi bagi lahan-lahan pertanian, debit air di daerah
bendung harus lebih cukup untuk disalurkan ke saluran-saluran
(induk-sekunder-tersier) yang telah disiapkan di lahan-lahan pertanaman. Agar
penyaluran air pengairan ke suatu areal lahan pertanaman dapat diatur dengan
sebaik-baiknya (dalam arti tidak berlebihan atau agar dapat dimanfaatkan
seefisien mungkin, dengan mengingat kepentingan areal lahan pertanaman lainnya)
maka dalam pelaksanaanya perlu dilakukan pengukuranpengukuran debit air. Dengan
distribusi yang terkendali, dengan bantuan pengukuran-pengukuran tersebut, maka
masalah kebutuhan air pengairan selalu dapat diatasi tanpa menimbulkan gejolak
dimasyarakat petani pemakai air pengairan (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1994).
Pengukuran Debit
Pengukuran
global kecepatan aliran dilakukan dengan mengukur waktu pelampung melewati
jarak yang terukur. Pelampung digunakan bila pengukuran dengan pengukur arus
tidak dapat dilakukan karena sampah, ketidakmungkinan melintasi sungai, bila
pengukuran membahayakan karena banjir yang sangat tinggi maupun pada kecepatan
yang sangat rendah (Seyhan, 1990).
Alat ukur arus
adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran. Apabila alat ini ditempatkan pada
suatu titik kedalaman tertentu maka kecepatan aliran pada titik tersebut akan
dapat ditentukan berdasarkan jumlah putaran dan waktu lamanya pengukuran.
Apabila keadaan lapangan tidak memungkinkan untuk melakukan pengukuran dengan
menggunakan alat ukur arus maka pengukuran dapat dilakukan dengan alat
pelampung. Alat pelampung yang digunakan dapat mengapung seluruhnya atau
sebagian melayang dalam air (Lubis, dkk., 1993).
Pengukuran debit
aliran yang paling sederhana dapat dilakukan dengan metoda apung. Caranya
dengan menempatkan benda yang tidak dapat tenggelam di permukaan aliran sungai
untuk jarak tertentu dan mencatat waktu yang diperlukan oleh benda apung
tersebut bergerak dari suatu titik pengamatan ke titik pengamatan lain yang
telah ditentukan. Kecepatan aliran juga bisa diukur dengan menggunakan alat
ukur current meter. Alat berbentuk propeler tersebut dihubungkan dengan
kotak pencatat (alat monitor yang akan mencatat jumlah putaran selama propeler
tersebut berada dalam air) kemudian dimasukkan ke dalam sungai yang akan diukur
kecepatan alirannya. Bagian ekor alat tersebut menyerupai sirip dan akan
berputar karena gerakan aliran sungai. Tiap putaran ekor tersebut akan mencatat
oleh alat monitor, dan kecepatan aliran sungai akan ditentukan oleh jumlah
putaran per detik untuk kemudian dihitung dengan menggunakan persamaan
matematik yang khusus dibuat untuk alat tersebut untuk lama waktu pengukuran
tertentu (Asdak, 1995).
5.
Bangunan Drainase
Bangunan
drainase dimaksudkan untuk membuang kelebihan air di petak sawah maupun
saluran. Kelebihan air di petak sawah dibuang melalui saluran pernbuang, sedangkan
kelebihan air disaluran dibuang melalui bengunan pelimpah. Terdapat beberapa
jenis saluran pembuang, yaitu saluran pembuang kuerter, saluran pernbuang tersier,
saluran pernbuang sekunder dan saluran pernbuang primer. Jaringan pembuang tersier
dimaksudkan untuk :
Ø Mengeringkan
sawah
Ø Mernbuang
kelebihan air hujan
Ø Mernbuang
kelebihan air irigasi
Saluran
pernbuang kuarter menampung air langsung dari sawah di daerah atasnya atau dari
saluran pernbuang di daerah bawah. Saluran pernbuang tersier menampung air buangan
dari saluran pernbuang kuarter. Saluran pernbuang primer menampung dari saluran
pernbuang tersier dan membawanya untuk dialirkan kernbali ke sungai.
6.
Bangunan Pelengkap
Sebagaimana
namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai pelengkap bangunan-bangunan
irigasi yang telah disebutkan sebelumnya. Bangunan pelengkap berfungsi sebagai
untuk memperlancar para petugas dalam eksploitasi dan pemeliharaan. Bangunan
pelengkap dapat juga dimanfaatkan untuk pelayanan umum.
Jenis-jenis
bangunan pelengkap antara lain jalan inspeksi, tanggul, jernbatan penyebrangan,
tangga mandi manusia, sarana mandi hewan, serta bangunan lainnya.
PETAKAN JARINGAN IRIGASI
Petak tersier
Jaringan tersier adalah
jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air di dalam petak
tersier yang terdiri dari saluran pembawa yang disebut saluran tersier, saluran
pembagi yang disebut saluran kuarter dan saluran pembuang berikut saluran
bangunan turutan serta pelengkapnya, termasuk jaringan irigasi pompa yang
luas areal pelayanannya disamakan dengan areal tersier.
Petak
tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing seluas kurang lebih 8
sampai dengan 15 hektar. Pembagian air, eksploitasi dan perneliharaan di petak tersier
menjadi tanggungjawab para petani yang mempunyai lahan di petak yang bersangkutan
dibawah bimbingan pemeintah. Petak tersier sebaiknya mempunyai batas-- batas
yang jelas, misalnya jalan, parit, batas desa dan batas-batas lainnya. Ukuran
petak tersier berpengaruh terhadap efisiensi pemberian air. Beberapa faktor
lainnya yang berpengaruh dalam penentuan luas petak tersier antara lain jumlah
petani, topografi dan jenis tanaman. Apabila kondisi topografi memungkinkan,
petak tersier sebaiknya berbentuk bujur sangkar atau segi empat. Hal ini akan
memudahkan dalam pengaturan tata letak dan perabagian air yang efisien.
Petak
tersier sebaiknya berbatasan langsung dengan saluran sekunder atau saluran
primer. Sedapat mungkin dihindari petak tersier yang terletak tidak secara langsung
di sepanjang jaringan saluran irigasi utama, karena akan memerlukan saluran muka
tersier yang mebatasi petak-petak tersier lainnya.
Petak Sekunder
Petak sekunder
terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran
sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak
di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder pada urnumnya berupa
tanda topografi yang jelas misalnya saluran drainase. Luas petak sukunder dapat
berbeda-beda tergantung pada kondisi topografi daerah yang bersangkutan.
Saluran sekunder
pada umumnya terletak pada punggung mengairi daerah di sisi kanan dan kiri
saluran tersebut sampai saluran drainase yang membatasinya. Saluran sekunder
juga dapat direncanakan sebagai saluran garis tinggi yang mengairi lereng lereng
medan yang lebih rendah.
Petak Primer
Petak primer
terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil langsung air dari saluran
primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil air langsung
dari bangunan penyadap. Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat
dilayani dengan mudah dengan cara menyadap air dari saluran sekunder. Apabila saluran
primer melewati sepanjang garis tinggi daerah saluran primer yang berdekatan harus
dilayani langsung dari saluran primer.
2 komentar:
terimakasih atas post-nya, saya sedang mencari materi irigasi dan saya menemukan di sini.
Iya sama2.. semoga bermanfaat.. :)
Posting Komentar
Kritik dan saran sangat diharapkan