Pengaruh Antagonis Gliocladium Dalam Media Tanam Terhadap
Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman
Pisang Gajih
a.
Penyakit
Layu Fusarium (Fusarium mrysporum f.sp. cubense) dan Mekanisme Penyerangan.
Penyakit layu Fusarium adalah penyakit yang
disebabkan oleh serangan jamur Fusarium mrysporum f.sp. cubense E.F. Smith)
Snyder & Hansen (Anonim,1994). Cendawan menyebabkan layu pada jaringan
vaskuler, busuk akar, daun layu dan menguning serta rebah kecambah. Jamur
ini menyerang jaringan empulur batang melalui akar yang luka. Batang yang
terserang akan banyak kehilangan cairan dan berubah warna menjadi kecoklatan.
Bagian tepi daun bawah menjadi kuning tua (layu) dan tangkai daun patah di
bagian pangkal (Sahlan et al., 1996 dalam Purnomo, 1996).
b.
Agens
Antagonis (Gliocladium sp)
Salah
satu cara pengendalian penyakit layu Fusarium adalah dengan cara biologi
yaitu menggunakan agens antagonis Trichoderma spp., Gliocladium sp. dan Chaetamium
sp.(Anonim, 1999). Hasil uji antagonis antara jamur Fusarium sp.
penyebab layu pada pisang dengan agens antagonis Gliocladium sp. dan Trichoderma sp. menunjukkan bahwa
jamur Gliocladium sp. lebih
efektif dalam menekan patogen Fusarium dibandingkan dengan Trichoderma
sp.
c.
Mekanisme
Pengendalian Dengan Agensia Pengendali Hayati.
Media tanam yang menggunakan tambahan Gliocladium
kompos, intesitas kematian anakan pisang akibat serangan Fusarium lebih
kecil dibandingkan dengan media tanam yang tidak ditambahkan Gliocladium kompos.
Hal ini disebabkan Gliocladium sp mempunyai daya tumbuh yang lebih
cepat, serta mampu memproduksi senyawa yang bersifat toksit bagi mikroba lain
(Wiyono & Sinaga, 1994).
Aplikasi
Agen Hayati Pseudomonas fluorescens
Sebagai Penginduksi Ketahanan Untuk Menigkatkan Produksi Tanaman Cabai Terhadap
Penyakit Virus Kuning Di Kecamataan kuranji Kotamadya padang
a.
Penyakit
kuning (Penyebabnya Peper Yellow Leaf
Curl Virus) dan Mekanisme
Penyerangan.
Virus kuning berkembang sangat pesat
pada musim kemarau melalui vector atau inang perantara kutu kebul (Bemisa
Tabaci) dan Kepik Hijau (Avidiaus Sp), virus ini biasanya menyerang tanaman
tomat dan cabe pada musim kemarau. Pada musim kemarau tumbuhan akan kekurangan
unsur hara, sehingga rentan terhadap berbagai serangan penyakit, dan pada fase
selanjutnya akan mengundang kutu kebul yang menjadi vektor (penyebab)
penyebaran virus kuning (Khairul, Pertanian, Serambi Nusa). Tanaman cabai yang
terserang virus ini menunjukkan gejala: daun menguning cerah/pucat, daun
keriting (curl), daun kecil-kecil, tanaman kerdil, bunga rontok, tanaman
tinggal ranting dan batang saja, kemudian mati. Infeksi virus pada awal
pertumbuhan tanaman menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan tidak menghasilkan
bunga dan buah. Gejala kuning dapat dilihat dari kejauhan.
b.
Agens
Antagonis (Pseudomonas fluorescens)
Pseudomonas fluorescens berbentuk batang lurus atau agak
lengkung, berukuran (0,5-1,0) x (1,5-5,0)µm, tidak spiral, bergerak dengan satu
atau beberapa flagellum polar, dan bersifat gram negatif. Bakteri hidup secara
aerob, mempunyai tipe pernapasan secara tegas dari metabolisme, dengan oksigen
sebagai penerima elektron akhir (terminal), mempunyai tipe metabolism respirasi
tidak fermentatif, dan menggunakan denitrifikasi sebagai pilihan. Beberapa
bakteri bersifat kemolitotrof fakultatif, yang menggunakan H2
sebagai sumber energi, sedangkan mekanisme respirasinya bersifat aerob
(Soesanto, 2008).
Salah satu upaya peningkatan produksi
tanaman cabai adalah dengan teknik budidaya yang baik dan pemupukan yang benar.
Bagi petani pupuk P (Fosfor) identik dengan “pupuk buah” makin banyak P yang
diberikan makin tinggi hasil yang dicapai. Menurut Fernandes et al (1985)
cit Prihartini, dan Anas, (1989) inokulasi bakteri pelarut fosfat dapat
meningkatkan serapan fosfat oleh tanaman dan bobot kering tanaman sampai 50%
dibandingkan tanpa inokulasi.
Bakteri pelarut fosfat membantu
menyediakan hara bagi tanaman dengan mengekstrak fosfat menjadi bentuk yang
tersedia, dengan cara mengeluarkan asam-asam organic ( Rao, 1982 cit Hanafiah
dan Oeliem, 1995). Asamasam organic tersebut kemudian akan bereaksi dengan. Al,
Fe, Ca, dan Mn yang mengikat P selama ini sehingga P yang terikat akan
dibebaskan, dengan demikian P menjadi tersedia bagi tanaman. Salah satu group
mikroorganisme yang punya potensi untuk dikembangkan sebagai agen hayati adalah
Pseudomonas fluorescens.
c.
Mekanisme
Pengendalian Dengan Agensia Pengendali Hayati.
Bakteri P. fluorescens
dapat memberikan pengaruh menguntungkan terhadap perkembangan dan pertumbuhan
tanaman, yaitu sebagai “ Plant Growth Promoting Rhizobacteria” (PGPR).
Bakteri juga menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan
patogen, terutama patogen tular tanah dan mempunyai kemampuam mengoloni akar
tanaman. Bakteri mempunyai tipe interaksi dengn patogen berupa pesaing hara,
penghasil antibiotika, siderofor, dan asam sianida (Soesanto, 2008).
P. fluorescens mampu menguasai permukaan perakaran secara luas dan
menghasilkan antibiotika, sehingga patogen terganggu perkembangannya. Bakteri
antagonis P. fluorescens mampu mengimbas ketahanan tanaman
terhadap mikroba patogen. Secara umum, metabolit sekunder yang dihasilkan oleh P.
fluorescens memegang peranan penting dalam pengendalian hayati penyakit
tanaman. Metabolit sekunder yang berperan penting dalam pengendalian hayati,
yaitu siderofor, pterin, pirol, fenazin, dan aneka senyawa antibiotika.
Metabolit sekunder tertentu berperan di dalam membunuh secara langsung atau
hanya menghambat patogen. Produksi metabolit sekunder antimikroba dan
pengaruhnya terhadap patogen tanaman sangat tergantung pada faktor lingkungan,
seperti kimia tanah, suhu, dan potensi air (Soesanto, 2008).
Pengendalian Penyakit Layu Bakteri Nilam Menggunakan Pseudomonas fluorescens dan Bacilillus Spp.
a.
Penyakit
Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum) dan Mekanisme Penyerangan.
Penyakit layu bakteri nilam disebabkan oleh
Ralstonia solanacearum merupakan salah satu penyakit tanaman paling berbahaya
yang tersebar luas di daerah tropika dan sub tropika (Hayward, 1984), dan
banyak menyerang tanaman pertanian di antaranya tomat, kacang tanah, pisang,
kentang, tembakau dan suku Solanaceae lainnya. Penyakit layu bakteri nilam
menyebar secara merata pada satu areal pertanaman dengan gejala daun layu dan
diakhiri dengan kematian tanaman dalam waktu singkat. Gejala awal serangan
penyakit berupa salah satu daun pucuk layu dan diikuti dengan daun bawah.
b.
Agens
Antagonis (Kombinasi Pseudomonas fluorescens dan Bacillus spp)
Pemanfaatan kombinasi antagonis dalam pengendalian
penyakit tanaman merupakan langkah perbaikan pendekatan pengendalian hayati.
Kombinasi antagonis ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan antagonis
tingkat perlindungan yang lebih tinggi, karena dapat mengurangi variabilitas
antagonis dan mempunyai kemampuan penekanan patogen secara mekanis terpadu dari
setiap antagonis. Seperti Pseudomonas fluorescens dan Bacillus spp
dapat mengendalikan Botrytis cinerea pada stroberi yang menghasilkan
senyawa volatile dengan pengaruh fungistatik.
c.
Mekanisme
Pengendalian Dengan Agensia Pengendali Hayati.
Mekanisme
antagonistic terlihat Pseudomonas fluorescens lebih cenderung menggunakan kemampuan kolonisasi akar produksi
siderofor dan asam sianida, disamping antibiotic yang begitu rendah. Sebaliknya
Bacillus spp mempunyai mekanisme antagonistic lebih cenderung dengan
kemampuan produksi antibiotic, sehingga dalam hal ini untuk meningkatkan
kemampuan kedua antagonis tersebut dilakukan kombinasi mekanisme antagonistic
kedua agens hayati tersebut.
Kemampuan
antagonistic kedua strain tersebut dalam menekan perkembangan penyakit dapat
dihubungkan dengan mekanisme penghambat oleh senyawa antibiosis. Selanjutnya
strain Bacillus spp dan Pseudomonas
fluorescens, disamping
menghasilkan antibiosis juga mempunyai kemampuan yang tinggi dalam
mengkolonisasi akar tanaman, sehingga strain tersebut mampu berkompetisi dalam
ruang dan nutrisi dengan bakteri pathogen, termasuk pathogen tular tanah
seperti R. solanacearum. Hal ini dikarenakan Bacillus spp dan Pseudomonas fluorescens mampu menggunakan berbagai substrat sebagai
nutrisi, dan mempunyai pertumbuhan yang jauh lebih cepat dibandingkan bakteri
patogen.
0 komentar:
Posting Komentar
Kritik dan saran sangat diharapkan