Dakwah adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim. Dakwah pada
dasarnya adalah mengajak manusia manuju jalan yang diridhoi Allah, dari
pengertian ini dakwah memiliki metode yang sangat luas. Akan tetapi, paradigma
umum telah banyak mengaitkan dakwah dengan kajian di masjid – masjid saja.
Setiap kata dakwah pasti langsung tergambar kajian di masjid. Pernyataan ini
memang tidaklah salah, tetapi dengan paradigma yang seperti ini berarti kita
terlalu menganggap sempit definisi dakwah dan mengerucutkan jalan dakwah dengan
kajian semata.
Aqidah Islam adalah gerakan berjiwa keyakinan berdasar Qur’an dan
Hadits yang dilaksanakan dalam bentuk dakwah amar ma'ruf nahi mungkar dengan
maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dengan Aqidah Islam
terwujudlah pandangan bahwa Agama Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan
meliputi aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu'amalat duniawiyah yang merupakan satu
kesatuan yang utuh.
Dengan da’wah amar ma'ruf nahi mungkar dengan maksud dan tujuan
menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya, insya Allah terpenuhilah suatu kewajiban sebagai
pengikut Nabi Muhammad Saw. dan ada harapan untuk memperoleh ridha Allah Swt.
berupa kebaikan di dunia dan kenikmatan di akhirat.
Berkanenaan dengan dakwah kampus, kita tidak mungkin membatasi arah
gerak hanya dari sisi syiar kajian. Kehidupan kampus terdiri dari beragam
mahasiswa dari latar belakang yang berbeda – beda maka dakwah akan sulit
ditempuh jika hanya dilakukan dengan kajian – kajian klasikal. Memang masjid
menjadi pusat keagamaan, tetapi kita tidak boleh hanya masjid oriented semata.
Sering kita jumpai banyak mahasiswa sekarang yang merasa enggan begitu
mendengar kata kajian, mereka hanya menganggap masjid sebagai tempat sholat
semata. Oleh karena itu, perlu kiranya kita mengemas dakwah ini dengan lebih
baik. Lebih menarik, tetapi tidak lepas dari esensi utamanya.
Lahirnya dakwah kampus dimulai dari masjid melalui Lembaga Dakwah
Kampus (LDK). Pada awalnya kegiatan dakwah kampus hanya terfokus pada
kajian – kajian di masjid, kemudian seiring berkembangnya zaman, memasuki era
reformasi, LDK mulai memandang untuk mengemas dakwah lebih menarik yaitu dengan
mengadakan kajian – kajian sosial dan tentunya dengan nilai – nilai Islami di
dalamnya. Akhir tahun 2000, banyak kampus yang mulai mengaku sebagai kampus
riset, sehingga seakan tren dikalangan mahasiswa pun mulai tergeser ke arah
riset pula, walaupun bidang – bidang lain masih ikut bertahan. Awal tahun 2011,
terlihat paradigma akademis, riset, dan prestasi mulai merasuk kuat di kalangan
mahasiswa. Mengambil sampel salah satu kampus di Indonesia yaitu Universitas
Gadjah Mada (UGM), sejak ditetapkannya UGM sebagai WCRU (Word Class
Research University) ketertarikan mahasiswanya mulai terfokus ke arah
akademis. Banyak mahasiswa mulai bersikap pragmatis, mereka seakan enggan
mengikuti acara – acara yang tidak mendukung akademis mereka. Fenomena ini terlihat
bahkan untuk acara pameran dengan pentas band pun sedikit sekali mahasiswa yang
mengikutinya, yang agak memprihatinkan jumlah peserta kajian pun ikut menurun.
Akan tetapi, begitu ada acara seminar keilmuan, seminar beasiswa, dan lain
sebagainya yang berhubungan dengan keilmuan terlihat peserta yang semakin
banyak. Mengambil ibroh (pelajaran) dari fenomena ini, agaknya LDK
perlu mengemas dakwah dengan sarana keilmuan.
Apa hubungan dakwah dengan ilmu? Telah jelas bahwa untuk berdakwah
kita harus memiliki ilmu. Namun, yang dimaksud ilmi atau ilmu disini adalah
ilmu – ilmu science dan sosial. Disini lebih ditekankan bagaimana cara mengemas
dakwah melalui ilmu – ilmu science dan sosial. Lantas bagaimana cara
melakukannya? Ada banyak cara, salah satunya dengan membahas kajian tentang
ilmu dari sudut pandang Islam. Tidak harus masalah sosial, science pun bisa
karena Islam adalah agama yang sempurna. Dapat juga dilakukan dengan seminar
beasiswa, dalam acara ini dapat kita selipkan nilai – nilai Islami. Banyak sekali
kagiatan keilmuan yang dapat dibungkus menjadi suatu sarana dakwah. Sudah ada
beberapa LDK yang memiliki departemen khusus keilmuan, termasuk KMT (Keluarga
Muslim Teknik ) , LDK Fakultas Teknik UGM dengan departemen keilmuan Cendekia
Teknika (CT).
Salah satu pencerahan yang dibawa oleh Islam bagi kemanusiaan adalah
pemikiran secara ilmiah, masyarakat Arab dan Timur tengah pra Islam tidak
memperdulikan persoalan- persoalan mengenai alam semesta, bagaimana alam
tercipta dan bagaimana alam bekerja, maka dari sinilah mereka belajar merenungi
pertanyaan-pertanyaan ini dan untuk mencari jawabannya tentang itu semua mereka
merujuk kepada Al Qur’an dan Hadits-hadits nabi. Didalam Al Qur’an, Allah
memerintahkan memikirkan bagaimana langit dan bumi tercipta, cara fikir ini
menggerakkan bangkitnya ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam. Ini adalah
pengembangan ilmu pengetahuan yang istimewa dalam sejarah dunia, terutama
tentang alam semesta.
Baghdad menjadi ibukota ilmu pengetahuan dalam imperium Islam selain
ibu kota pemerintahan, ilmuan, filusuf dan para peneliti berkumpul dibaghdad
dari keempat penjuru dunia Islam, dan bertemu di baitul Hikmah (pusat
pengkajian ilmu pengetahuan) dikala itu yang terkenal disana untuk
mengungkapkan rahasia alam semesta yang Allah ciptakan. Kesadaran para ilmuan
muslim yang bersumber dari Al Qur’an memicu pencapaian terbesar dalam ilmu
pengetahuan sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya, sifat lain yang
diajarkan oleh Al Qur’an kepada kaum muslim adalah keterbukaan fikiran, yang
memungkinkan mereka mendapatkan ilmu pengetahuan dari peradaban lain tanpa
prasangka.
Karya-karya kaum muslimin berisi jumlah besar penelitian,
pengamatan, percobaan dan perhitungan. Sebagai cotoh, sistem desimal yang
sekarang digunakan diseluruh dunia dikembangkan oleh ahli matematika muslim,
dan juga ilmuan muslim memandang sangat penting pengamatan dibidang astronomi,
sedangkan astronomi modern dikembangkan dari sistem mereka, ilmuan muslim juga
menghitung peredaran bulan mengitari bumi dan mencatat rumus matematikanya,
Aljabar dan trigonometri adalah temuan pakar matematika muslim. Karya-karya
arsitektur yang mengagumkan di empat penjuru Islam dimungkinkan oleh perangkat
ilmiah ini.
Sejumlah prestasi kaum muslimin yang paling memukau adalah dibidang
kedokteran, dimasa ketika orang eropa menganggap penyakit disebabkan oleh roh
jahat, perawatan bukanlah sebuah kata yang dapat ditemukan dalam kosa kata
pemikiran orang-orang Eropa, dilain pihak melalui penelitian mendalam, ilmuan
muslim menyimpulkan Bahwa penyakit disebabkan oleh makhluq yang terlalu kecil
untuk dilihat, dan bahwa pasien harus dirawat ditempat terpisah dari yang
lainnya yang masih sehat, dari sinilah rumah sakit modern pertama didunia
didirikan, pasien dirawat dan ditampung secara ilmiah dalam kamar-kamar tepisah
tergantung jenis penyakit yang mereka derita. Pasien yang menderita penyakit
jiwa mereka mendapatkan terapi musik ketika pada masa Eropa, dan mereka
menganggap orang-orang yang sakit jiwa sebagai hamba setan dan harus dibakar
hidup-hidup.
Pengamatan dokter-dokter muslim terhadap anatomi manusia sangatlah
tepat sehingga hasilnya dijadikan buku-buku rujukan di sekolah-sekolah
kedokteran Eropa selama lebih dari enam abad silam. Dokter-dokter Islam juga
mengukur denyut nadi pasien ketika sedang memeriksa mereka, dan ini dilakukan
berabad-abad sebelum orang eropa tahu tentang peredaran darah, wanita
melahirkan dalam keadaan yang paling hieginis yang dimungkinkan masa itu,
dilihat dari benuk peralatan yang ada menunjukan betapa majunya peradaban dalam
bidang kedokteran.
Ilmuan muslim menemukan sejumlah penemuan-penemuan yang sangat
penting dalam bidang optik dan cahaya. Orang yang pertama yang meggambarkan
anatomi mata dengan sangat terperinci adalah ahli optik yaitu Ibnu Al Haitsam,
penelitiannya yang diakui dalam bidang lensa membuka jalan bagi penemuan
kamera. Dokter-dokter muslim juga menemukan penyebab kerusakan penglihatan dan
melakukan operasi katarak yang berhasil beberapa abad sebelum Eropa.
Warisan ilmu pengetahuan Islam menjadi sumber pencerahan Eropa
dimulai pada abad ke-15, ilmuan nasrani melakukan pengembangan ilmu pengetahuan
Eropa dengan ilmu pengetahuan yang mereka dapat dari rekan rekan muslim mereka,
cahaya Islam menerangi mereka pula. Maka dari sini kita dapat melihat dengan
jelas bahwa Islam merupakan agama yang sangat maju dalam bidang ilmu
pengetahuan, jadi Islam bukanlah sebatas ibadah dan shalat saja tetapi Islam
adalah kaffah (menyeluruh). Menurut Ali Syariati, Al-Qur’an merupakan firman
Allah yang sangat komprehensif, yang menjadi sumber inspirasi bagi manusia
dalam semua lini kehidupan. Hal ini dapat dilihat dari klasifikasi al-Qur’an
yang dibuat olehnya.
Wahyu, yang diterima oleh semua Nabi SAW berasal dari Allah SWT,
merupakan sumber pengetahuan yang paling pasti. Namun, Al-Quran juga
menunjukkan sumber-sumber pengetahuan lain disamping apa yang tertulis di
dalamnya, yang dapat melengkapi kebenaran wahyu. Pada dasarnya sumber-sumber
itu diambil dari sumber yang sama, yaitu Allah SWT, asal segala sesuatu. Namun,
karena pengetahuan yang tidak diwahyukan tidak diberikan langsung oleh Allah
SWT kepada manusia, dan karena keterbatasan metodologis dan aksiologis dari
ilmu non-wahyu tersebut, maka ilmu-ilmu tersebut di dalam Islam memiliki
kedudukan yang tidak sama dengan ilmu pengetahuan yang langsung diperoleh dari
wahyu. Sehingga, di dalam Islam tidak ada satupun ilmu yang berdiri sendiri dan
terpisah dari bangunan epitemologis Islam, ilmu-ilmu tersebut tidak lain
merupakan bayan atau penjelasan yang mengafirmasi wahyu, yang kebenarannya
pasti. Di sinilah letak perbedaan epistemologi sekuler dengan epistemologi
Islam.
Di dalam Islam, pencarian pengetahuan oleh
seseorang bukanlah sesuatu yang tidak mungkin, tetapi harus, dan dianggap
sebagai kewajiban bagi semua Muslim yang bertanggung jawab. Kedudukan ini
berbeda dengan sikap skeptis Yunani dan Sophis, yang menganggap pengetahuan
hanya imajinasi kosong. Dalam bahasa Arab, pengetahuan digambarkan dengan
istilah al-ilm, al-ma’rifah dan al-syu’ur. Namun, dalam pandangan dunia Islam,
yang pertamalah yang terpenting, karena ia merupakan salah satu sifat Allah
SWT. Al-ilm berasal dari akar kata l-m dan diambil dari kata ‘alamah, yang
berarti “tanda”, “simbol”, atau ”lambang”, yang dengannya sesuatu itu dapat
dikenal. Tapi alamah juga berarti pengetahuan, lencana, karakteristik, petunjuk
dan gejala.. Karenanya ma’lam (amak ma’alim) berarti petunjuk jalan, atau
sesuatu yang menunjukkan dirinya atau dengan apa seseorang ditunjukkan. Hal
yang sama juga pada kata alam berarti rambu jalan sebagai petunjuk. Di samping
itu, bukan tanpa tujuan al-Quran menggunakan istilah ayat baik terhadap wahyu,
maupun terhadap fenomena alam. Pengertian ayat (dan juga ilm, alam, dan ’alama)
di dalam al-Quran tersebut yang menyebabkan Nabi SAW mengutuk orang-orang yang
membaca ayat 3:190-195 yang secara jelas menggambarkan karakteristik
orang-orang yang berfikir, mambaca, mengingat ayat-ayat Allah SWT di muka bumi
tanpa mau merenungkan (makna)nya.
Sifat penting dari konsep pengetahuan
dalam al-Quran adalah holistik dan utuh (berbeda dengan konsep sekuler tentang
pengetahuan). Pembedaan ini sebagai bukti worldview tauhid dan monoteistik yang
tak kenal kompromi. Dalam konteks ini berarti persoalan-persoalan epistemologis
harus selalu dikaitkan dengan etika dan spiritualitas. (Dalam Islam) ruang
lingkup persoalan epistemologis meluas, baik dari wilayah (yang disebut)
bidang keagamaan dengan wilayah-wilayah (yang disebut sekuler)., karena
worlview Islam tidak mengakui adanya perbedaan mendasar antara wilayah-wilayah
ini. Adanya pembedaan semacam itu akan memberi implikasi penolokan hikmah dan
petunjuk Allah SWT, dan hanya memberi perhatian dalam wilayah tertentu saja.
Wujud Allah SWT sebagai sumber semua pengetahuan, secara langsung meliputi
kesatuan dan integralitas semua sumber dan tujuan epistemologis. Ini menjadi
jelas jika kita merenungkan kembali istilah ayat yang menunjuk pada
ayat-ayat al-Quran dan semua wujud di alam semesta.